Mungkin bagi sebagian orang nama diatas terdengar agak asing. Ya, Imam
Al Kasani adalah penulis kitab Bada’i Ash Shana’i Fi Tartib Asy Syara’i
atau biasa disingkat dengan Bada’i Ash Shana’i. Beliau dilahirkan di
Kasan, kadang orang-orang dulu menyebutnya Qasyan, dan sekarang dikenal
dengan nama Kazan, daerah yang terletak di sebelah tenggara Uzbekistan,
tidak terlalu jauh jaraknya dengan tempat kelahiran Imam Bukhari, kota Bukhara (Buxoro).
Nama lengkap beliau adalah Abu Bakar bin Mas’ud bin Ahmad Al Kasani,
tidak diketahui pasti kapan tahun lahirnya, meninggal tahun 587 H di
Halab atau yang sekarang dikenal dengan nama kota Aleppo, kota terbesar
kedua setelah ibukota Suriah, Damaskus.
Kitab Bada’i Ash
Shana’i adalah uraian atau syarah dari kitab At Tuhfah (Tuhfatul Fuqaha)
karya guru beliau yang bernama Muhammad bin Ahmad bin Abu Ahmad As
Samarqandi (w 540 H) atau yang lebih dikenal dengan nama Imam As
Samarqandi, seorang ulama besar ahli fiqih dari mazhab Hanafi.
Kitab ini meskipun mensyarah isi kitab At Tuhfah, namun isinya tidak
melulu tentang fiqih mazhab Hanafi saja, tetapi penulisnya juga
memasukkan pendapat para ulama dari mazhab lain beserta dalil-dalilnya,
seperti mazhab Maliki, Syafi’i, Hanbali dan lain sebagainya. Sehingga
kitab ini bisa dikatakan sebagai salah satu kitab yang bergenre fiqih
perbandingan.
Diantara keistimewaan kitab ini adalah bahasanya
mudah dan ringan tapi bagi yang belum bisa berbahasa Arab tetap aja
susah (mohon maaf bagi yang belum bisa bahasa Arab). Diterbitkan untuk
pertama kalinya dengan 7 jilid besar di Kairo pada tahun 1327 H, dengan
bantuan 2 orang penduduk Halab dari keluarga Al Jabiri, yang sebelumnya
manuskrip atau naskah asli kitabnya berada pada salah satu dari
keduanya.
Ada cerita yang menarik tentang Imam Al Kasani,
diceritakan bahwa Imam As Samarqandi menikahkan putrinya yang bernama
Fathimah dengan Imam Al Kasani dengan menjadikan kitab Bada’i Ash
Shana’i sebagai maharnya.
Putri sang guru yang bernama fathimah
itu adalah wanita terbaik di zamannya. Cantik rupawan dan pintar ilmu
agama, belajar fikih langsung dari ayahnya bahkan dia hafal diluar
kepala isi kitab At Tuhfah yang dikarang oleh ayahnya, maka wajar banyak
laki-laki yang ingin mempersuntingnya, bahkan banyak dari kalangan raja
dinasti Romawi yang ingin meminangnya tetapi semua ditolak karena tidak
ada yang yang berkenan di hati sang guru.
Sampai suatu hari
ada seorang murid yang datang belajar kepada Imam As Samarqandi, lalu
murid ini terkenal dengan kerajinan, ketekunan dan kepintarannya serta
cepat faham pelajaran yang diajarkan, hingga pada suatu hari sang murid
datang kehadapan gurunya dengan membawa syarah dari isi kitab gurunya
yang bernama At Tuhfah itu, melihat syarah kitab tersebut sang guru
merasa senang sekali lalu murid tersebut dinikahkanlah dengan putrinya
dengan syarah kitab tersebut sebagai maharnya.
Syarah kitab
tersebut bernama Bada’i Ash Shana’i dan sang murid tersebut tidak lain
dan tidak bukan ialah Imam Al Kasani. Berkata para ulama di zamannya:
“Syaraha tuhfatahu wa zawwajahu ibnatahu” (Dia mensyarah kitab gurunya,
lalu mendapatkan putrinya).
Mungkin karena terinspirasi dari
cerita diatas ada sebagian orang yang menjadikan kitab atau buku sebagai
bagian dari mahar. Kemarin ada yang maharnya kitab tafsir Al Munir
karya DR. Wahbah Zuhaili, ada juga 100 buku bacaan sebagai bagian dari
mahar, dan mungkin ada lagi yang lainnya.
Wallahu A'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar